Sabtu, 21 Januari 2017

Tanganku kau genggam awal dari semua bencana



          Matahari mulai kembali keperaduan. Senja pun sedikit demi sedikit mulai hilang pertanda malam telah tiba. Hm,. (sambil menarik nafas dalama dalam) kapan aku bisa mele- pas hari hari menyebalkan seperti ini. Teman teman mulai bersiap-siap pergi dengan pasangan mereka. Ada juga yang mempersiapkan diri menyambut kedatangan sang pujaan hati yang datang membawa sejuta kebahagiaan. Tapi, aku masih saja menyendiri dirumah.
Membosankan,
tak ada yang bisa dinanti, tak ada yang perlu dipersiapkan karena takkan ada yang datang menjemput untuk bersuka cita dimalam minggu.
Aku seperti peribahasa ‘bagaikan katak dalam tempurung’ menyedihkan. Aku juga pengen merasakan seperti apa yang mereka rasakan. Bahagia memiliki pasangan tambatan hati yang bisa diajak untuk berbagi, baik suka maupun duka. Bisa menghabiskan ahir pekan dan malam minggu bersama  orang terkasih.
Ingin ku meronta, menjerit melepaskan rasa sesak didada. Iri rasanya melihat mereka bahagia. Oh.. Tuhan kapan aku bisa memilikinya.
***
Pagi itu, kulihat seseorang yang asing di sekolah. Ia mengenakan seragam dengan sangat rapi, berdasi dan bertopi. Entah kenapa pada saat itu aku bertindak layaknya wartawan yang mencari berita eksklusif. Tanya sana, tanya sini, berharapa ada info tentang si dia. Aku memang hebat. Memiliki bakat jadi wartawan. Buktinya, tidak lama kemudian aku bisa mengatahui kalau ternyata ia kakak kelasku pindahan dari sebuah sekolah di kota metropolitan, kotanya anak anak gaul dan berfikiran modern, katanya.

 Hmm..wajahnya cukup lumayan. Penampilan- nya juga menawan dimataku. Kalau boleh jujur mungkin tipe pasangan seperti ini yang selama ini kucari. Pasangan yang bisa membawa hati berbunga bunga hanya dengan memikirkan wajahnya saja. hingga mengundang perhatian dan rasa ingin kenal didalam hati. 
bersambung......
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar