Sudah jadi kebiasaan seseorang menggunakan
sarung dengan memposisikan merk sarung dibelakang bagian bawah. Saya menjadi
salah satu orang diantaranya. He.. tapi maaf, sekarang sudah tidak begitu lagi.
Kalau kita melihat dan memperhatikan sarung
dengan seksama, kita akan menjumpai hampir semua sarung memiliki warna atau
corak berbeda yang memiliki lebar corak sekitar 25-30 cm. Konon katanya
sih
memang oleh perusahaan sarung agar diposisikan dibagian belakang ketika dipakai
sehingga merk sarung ditempel dibagian tersebut.
Lucu dan menggelikan ketika hal ini mulai
mendapatkan perhatian dari seorang da’i, KH. Muhammad Akhrom dari Tegal. Beliau
menjadikan kebiasaan orang tersebut sebagai bahan ceramah beliau
“bagi kaum muslimin jangan pamer punya sarung!”
Hah!..pamer sarung? Ada ada
ajah. Apa yang perlu dibang- gakan dari sarungku? Sarungku biasa ajah, tidak
ada yang menarik. Malah jika dilihat dengan seksama sarungku sudah terlihat
lusuh.
“bagi kaum muslimin jangan pamer punya sarung!.
memamerkan merk sarungnya dan menempatkanya dibelakang bagian bawah. Tahu
enggak, kalau itu bisa mengganggu orang yang sedang melaksanakan sholat?!”
Apa hubungannya pak kyai?
Merk sarung mengganggu orang sholat?. Waduh, ini mah ‘Jaka Sembung bawa Ember’
artinya??.. “gak nyambung. Suerrr”.
“kamu enggak nyadar yah?. ketika kamu sholat
jamaah yang berada dibelakang setelah takbiratul ihram menundukan pandangannya kebawah. Sehingga
terjadi kejadian seperti ini.. ‘Allaahu Akbar.. Atlas, Samarinda, bin Affan,
Gajah Nongkrong!’.”
Owh.. (sambil
mengangguk-anggukan kepala dan tertawa kecil he..). ada ada saja...
Created By: Tarpidin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar